Selasa, 01 Februari 2011

Teman



Teman saya di bacok pa, gimana rasanya kalo bapak di bacok?

Kata di atas muncul dari seorang pemuda yang sedang mengalami masalah, awalnya adalah mereka sedang berkelahi berkelompok atau lebih di kenal dengan ribut tauran. Pada waktu itu mereka bersama – sama sedang melarikan diri dari kejaran musuh mereka tetapi ada seorang warga yang keluar dan menyuruh mereka pulang karena kehadiran mereka jelas sangat mengganggu warga yang sedang istirahat krena perkelahian itu terjadi di malam hari.

Ketika saya mendengar jawaban dari dia yang ada dalam pikiran saya hanya satu yaitu kalau teman anda di bacok segerlah kalian pulang dan bawa dia kerumah sakit mengapa harus membalas dendam dulu baru kalian bawa mereka ke rumag saakit atau ke rumahnya? Saya yakin mereka adalah orang – orang berpendidikan yang mengerti kalau orang sakit haruslah di bawa ke rumah sakit atau minimal mencoba memberikan pertolongan pertama pada yang sakit. Saya sangat yakin kalau tidak pernah tuh ada hukum atau ada aturan maupun perintah yang mengatakan kalau teman anda di bacok harus balas dendam dulu baru di beri pertolongan pertama.

Teman saya sesama Jakmania yang juga menjadi sutradara andi bachtiar yusuf pernag berspekulasi di salah satu acara stasiun tv swasta bahwa kita Jakmania itu jagan sampai ribut tetapi kalau sudah ribut jangan sampai kalah. Ingin jangan sampai ribut, jangan sampai ribut di sini berarti mencoba untuk tidak ribut dan mencari masalah kalau perlu menutup – nutupi diri agar musuh tidak tahu. Sekarang banyak orang khususnya Jakmania yang malah seolah – olah menggunakan atribut kebesaran mereka untuk ribut atau mencari gara – gara.

Ketika saya melihat beberapa film dan beberapa kejadian tauran ada 1 hal positif yang saya dapat di antara 1000 hal negativ yang ada di dalamnya. Pelajaran yang saya dapat dalam peperangan atau perkelahian adalah jumlah banyak atau sedikit tidak bisa menjadi tolak ukur untuk menang atau kalah. Ingat hanya satu hal positiv yang saya dapat bukan berarti hal positif yang saya dapat saya mengajari anda untuk berkelahi tetapi saya ingin tekankan di sini adalah stop perekelahian itu dari sekarang. Jangan sampai berlarut – larut agar nanti para generasi penerus bangsa ini bisa hidup dengan damai.

Secara pribadi saya sangat menyetujui perkataan Andi Bachtiar Yusuf kalau “jangan sampai ribut tetapi kalau ribut jangan sampai kalah”. Saya menyetujui prinsip itu dengan catatan ketika pertarungan selesai kita berdamai lagi seperti tidak pernah ada keributan. Dan jangan sampai ribut berkepanjangan.
                                            
Selesai.

1 komentar: