Mungkin judul di atas cukup membingungkan dan membuat anda bertanyaa – tanya apakah yang akan saya tulis dan ceritakan kepada anda. Di tulisan kali ini saya ingin menceritakan sedikit kata hati tentang para pejalan kaki yang tanpa di sadari telah mempertaruhkan nyawa mereka sendiri. Mungkin muncul pertanyaan di benak anda kenapa berjalan kaki saja harus bertaruh nyawa?
Jawabannya adalah
Hampir semua jalanan di ibu kota dan penyangganya sudah tidak lagi mempunyai jalur untuk mereka para pejalan kaki, jalur mereka sudah diambil oleh pedagang kaki lima,
lahan parkir, tempat mangkal ojek, dll. Sehingga seringkali membahayakan nyawa para pejalan kaki itu sendiri.
Bahkan di beberapa yang rawan kemacetan jalan untuk para pejalan kaki di gunakan para penunggang kuda besi yang tidak sabar mengantri atau menunggu sehingga jalan untuk para pejalan kaki mereka gunakan untuk jalan bagi kendaraan mereka. Ketika di tegur atau ditanya mereka pasti punya berbagai macam jawaban yang intinya hampir sama yaitu mereka tidak sabar untuk menunggu.
Di beberapa jalan raya atau jalan tikus juga sering kita jumpai tidak ada lagi jalan setapak untuk para pejalan kaki sehingga sering pula kita mendengar suara kelakson yang di bunyikan para penunggang kuda besi yang intinya mereka menyuruh para pejalan kaki itu minggir dan membiarkan mereka lewat tanpa hambatan. Di beberapa pasar tridisional juga sering terjadi hal demikian, jalan untuk para pejalan kaki seringkali di pakai berdagang untuk mereka bahkan di beberapa tradisonal yang pernah saya kunjungi bukan jalan untuk para pejalan kaki saja yang dipakai, jalan untuk kendaraan pun dipakai oleh mereka sehingga sering menimbulkan kemacetan dan pada akhirnya para pejalan kakilah yang harus mengalah karena harus berjalan di pinggir sekali untuk menghindari klakson, serempet, dan tabrakkan dari kuda besi.
Sebenarnya masih banyak yang ingin saya ceritakan lagi tetapi saya rasa untuk tulisan kli ini cukup sekian.
Terimkasih.
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar