Bertumbuh di Pinggiran Kota

Ada seorang anak laki - laki Amir namanya, dia di lahirkan di sebuah desa di pinggiran kota penyangga ibu kota negri ini. Dia terlahir dalam keluarga yang sederhana. Amir kecil sangat bahagia, tetapi karena kedua orangtuanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Amir dititipkan di rumah pamanya yang tidak lain adalah kakak dari ayahnya. Walaupun tinggal bersama keluarga pamannya yang rumahnya tidak jauh dari rumah orangtuanya Amir tetap bahagia dan sangat berbahagia. Lama kelamaan Amir bertumbuh dewasa dan mau masuk TK. Karena Amir mau masuk TK maka orangtuanya memutuskan untuk meminta tolong kepada adik sepupu ibunya dari kampung halamannya. Maka ketika Amir TK ia di jaga oleh bibinya, selama TK tentunya ada hal - hal yang sangat menarik yang dialami Amir. Singkat cerita pada suatu hari Amir seolah patah semangat dan lebih memilih bermain, tetapi dia dipaksa sekolah oleh bapaknya dan Amir pun pergi ke sekolah dalam walaupun dalam keadaan menangis karena dimarahi orangtuanya.

Dan singkat cerita Amir lulus TK dengan nilai yang agak lumayan. Waktu pendaftaran SD di buka Amir dan bapaknya pun pergi ke SD dekat rumahnya menggunakan sepeda tetapi ketika sampai di SD tersebut ternyata pendaftaran murid baru sudah di tutup. Lalu Amir dan ayahnya langsung menggoes sepeda mereka menuju sekolah lain yang letaknya juga tidak jauh dari rumah mereka. Ketika sampai di SD itu untungnya pendaftaran masih di buka.

Dan akhirnya Amir pun diterima di SD tersebut, hal - hal menarik waktu SD pun sangat banyak. Diawal masuk sekolah Amir sangat senang mempunyai teman baru tetapi ada 1 teman Amir yang selalu menangis ketika belajar, kenapa dia menangis? Karena ketika belajar ibunya menunggu di luar tetapi jika ibunya menunggu di dalam dia berhenti menangis. Di kelas 2 dan 3 juga ada hal yang menarik yaitu teman Amir ada yang lupa namanya sendiri, dia salah menulis namanya di buku tulis sehingga membuat guru kebingungan karena nama itu tidak ada di absen guru. Dan ketika di selidiki ternyata dia adalah teman sebangku Amir. Di kelas 4 dan 5 lebih menarik lagi, pada waktu itu Amir masuk siang dan wali kelas Amir tidak masuk dan digantikan guru lain, kebetulan kelas Amir sangat berisik karena tidak ada guru lalu guru itu masuk kata guru tersebut "anak - anak ibu sedang mengajar di kelas sebelah, kalau salah satu dari kalian ada yang berbicara atau mengobrol kita pukulin sama - sama". Setelah itu guru tersebut keluar dari kelas Amir dan mengajar kembali murid - muridnya. Tidak lama setelah guru tersebut keluar teman Amir ada yang berbicara dan terdengar oleh guru tersebut, lalu guru tersebut masuk kelas dan berkata "siapa tadi yang berbicara?", dan dengan serentak teman Amir menunjuk temannya yang berbicara, lalu kata guru tersebut "seperti kata ibu tadi yang berbicara kita pukuli, sekarang pukuli teman kalian", lalu tanpa basa basi teman - teman Amir pun memukuli temannya yang berbicara tetapi belum sampai 1 menit guru itu menghentikan anak - anak yang memukuli dan kembali berkata seperti pertama dia masuk kelas.

Dan anak - anak pun diam sampai jam pulang, sungguh kasihan teman Amir yang dipukuli tetapi itu adalah resiko yang harus diterima ketika melanggar perintah. Ketika di kelas 6 semua berubah Amir dan teman - temannya belajar dengan giat hingga akhirnya mereka semua lulus dengan nilai yang cukup memuaskan.

 

Bersambung