N |
amanya lengkapnya Setiawan tapi lebih sering di panggil Awan, dia adalah anak kecil yang sangat mencintai Persija, pada hari selasa kemarin dia telah meninggalkan dunia ini untuk menuju tempat istirahatnya untuk selama – lamanya. Saya baru mendengar berita ini 3 hari setelah kepergiannya. Tepatnya pada hari ini ketika saya menulis sedikit tentang dia. Saya memang belum terlalu mengenal betul anak ini, saya jarang sekali bertemu dengan dia terutama beberapa bulan ini. Seingat saya terakir bertemu dia adalah 5 atau 6 bulan lalu ketika dia berkunjung kerumah saya untuk menyerahkan uang untuk membuat KTA Jakmania. Saat itu sama sekali tidak terlihat dia ingin pergi untuk selamanya 5 atau 6 bulan ke depan. Tetapi seperti biasa saya selalu menahan teman – teman saya untuk pulang jika saya sedang tidak ada keperluan. Entah mengapa wakt itu saya ingin berbincang – bincang lebih lama dengan dia tentang tim kebanggaan kami Persija dan tentu saja berita yang menyangkut tentang Jakmania terutama Jakmania Cilangkap. Fungsinya agar dia lebih mengetahui seluk beluk organisasi ini atau ti kebanggaan kami.
Saya lupa kapan pertama kali dia menyaksikan pertandingan Persija langsung di stadion bersama kami, yang saya ingat sejak pertama menonton anak ini sangat lugu, dan sangat militan. Ketika di dalam stadion dia selalu di titipkan kepada saya oleh tetangganya yang tidak lain adalah teman saya sejak kecil dan sudah saya anggap sebagi saudara sendiri. Saya tidak ingat dan tahu persis berapa pertandingan yang dia saksikan dan pertandingan melawan apa saja. Yang jelas dan yang saya tahu anak ini begitu mencintai Persija. Saya ingat betul ketika pertandingan Persija melawan Persib di GBK dengan kemenangan Persija 2 – 1. Ketika itu awan bersama – sama dengan saya dan saya selalu memeganginya, bahkan ketika ada kerusuhan sekalipun (ketika ada anak Viking/Bonek yang ketahuan menonton). Kejadian itu sebenarnya sudah di depan mata saya tetapi saya mencoba untuk tidak ikut – ikut terlibat dalam kejadian karena saya sedang bersama anak kecil yang sedang mencari jati diri, yang saya takut dia mengikuti apa yang mereka atau saya lakukan di stadion. Saya pula takut ketika saya ikut – ikutan dia menjadi korban atau sakit. Karena saya berfikir siapa yang bertanggung jawab kalau anak ini sampai jadi korban atau luka – luka di stadion. Bisa – bisa anak ini tidak boleh lagi menonton di stdion oleh orangtuanya.
Di dalam pikiran saya juga sempat terbesit untuk selalu mengajak anak ini membuat KTA Jakmania karena awalnya saya sangat berharap anak inilah yang akan menjadi pernerus kami ketika kami sudah tidak lagi menjadi pengurus. Ketika lebaran tahun lalu anak ini juga sempat memberikan saya satu buah kaos bertuliskan Pasopati. Dia membelikannya langsung di solo dan meminta alamat belinya kepada saya. Saat itu perasaan tidak enak dan ingin membalas kebaikkan si bbocah pun terlintas di fikiran saya.
Dan masih banyak lagi kenangan saya bersama dia, tetapi saya rasa biarlah itu menjadi kenangan di dalam diri saya yang tidak sapat saya tuangkan kedalam tulisan saya ini.
Sampai saat ini mungkin saya belum bisa membalas apa – apa tetapi biarlah tulisan ini menjadi kado saya untuk mengiringi kepergian mu sobat kecil. Pada saat tulisan ini di buat tentulah secara jasmani tubuh anda tidak lagi bersama – sama kami tetapi biarlah ini menjadi catatan kenang – kenangan saya bersama anda ketika anda masih bersama – sama saya di dunia ini. Saya sakin suatu saat nanti saya pun akan menyusul anda tetapi saya akan terus menjadikan tulisan ini sebagai acuan bahwa saya harus selalu mempersiapkan diri menuju saat itu.
Saya turut berduka cita yang sebesar – besarnya dan kepada keluarga yang di tinggalkan agar di beri pernghiburan untuk melewati semua ini. Pada saatnya nanti kita pun akan mengalami hal yang sama dengan sobat kecil saya ini. Pergunakanlah waktu yang ada untuk menyiapkan saat itu.
Tuhan memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar