Sebelum menulis cerita dari judul di atas saya ingin meminta maaf yang sebesar – besarnya bila ada di antara para pembaca yang merasa di rugikan oleh tulisan saya ini karena sesungguhnya tulisan ini saya buat bukan bermaksud untuk menyindir, merugikan, apalagi merusak nama baik seseorang. Saya rasa tidak perlu berbasa – basi lagi, dan langsung saja kita mulai.
Beginilah ceritanya :
Pada satu waktu di abad ke - 20 ini ada sebuah keluarga besar, keluarga ini bisa di bilang adalah salah satu keluarga yang terdiri dari beragam suku di Indonesia. Keberagaman keluarga ini memang tidak meliputi seluruh suku di Indonesia dari sabang sampai merauke tetapi saya rasa sudah cukup mewakili pulau – pulau besar di Indonesia. Di antara keluarga besar yang beragamlah 3 brother itu lahir, 3 brother itu tidak lahir dari satu ibu tetapi dari lain ibu yang ketiganya adalah bersaudara. Orang –orang di Indonesia sering menyebutnya dengan sebutan saudara sepupu, anggaplah dari keluarga itu terkahir 7 orang anak dan ketujuh anak itu ketika menikah melahirkan lagi anak – anak yang banyak. Dari anak – anak itu atau yang di sebut cucu oleh sang kakek dan nenek yang telah terlebih dahulu meninggal sebelum melihat 3 bersaudara ini lahir. Maka singkat cerita dari ke 7 orang bersaudara yang telah menikah dan memiliki pasangan masing masing itu ada yang mempunyai anak laki – laki yang umurnya tidak berbeda jauh. Anggaplah dari ketika sepupu itu anak yang paling tua kita panggil tebi, lalu anak yang kedua kita panggil pena, dan yang ketiga kita panggil yogo. Ketiga anak itu tumbuh di lingkunganya masing – masing dan ketika mereka sedang dalam proses dewasa mereka mempunyai kesenangan yang berbeda tetapi dari ketiga kesenangan tersebut ada persamaan yaitu sama – sama KESURUPAN dengan kesenangannya masing – masing.
Tebi senang dengan taruhan – taruhan karena lingkungan di sekitarnya atau teman – temannya pun seperti itu, lalu pena senang dengan musik dan pena bergabung dalam sebuah band yang dia bentuk bersama teman – temannya, kemudian yogo senang menyaksikan dan mendukung tim sepak bola di Indonesia. Ketiganya kesurupan di bidangnya atau kesenangannya masing – masing.
Pertama Tebi karena dia kesurupan dengan taruhan – taruhan itu maka ketika dia kalah dan tidak mempunyai uang untuk membayar dia merelakan meminjam uang kepada orang untuk membayar hutang – hutangnya tetapi ketika sudah terjadi hal seperti itu dia tidak kapok sampai – sampai dia menjual sebagian barang – barang mikinya. Jika ada orang yang bertanya “mengapa itu bisa terjadi ?”, maka jawabannya adalah Tebi sudah kesurupan taruhan – taruhan. Bisakah dia di sadarkan dari kesurupan? Bisa – bisa aja asal ada niat dari sang pelaku, hehehhehe …
Kedua Pena, Pena kesurupan lantunan nada yang sering kita sebut musik. Pena membentuk sebuah band yang tentu saja Pena dan teman – temannya berharap bisa terkenal dengan band tersebut. Bisakah itu terjadi? Jawabanya adalah bisa – bisa saja asal Pena dan teman – temanya selalu, berusaha, berpuasa, berdoa, dan lebih penting adalah menyerahkan semuanya kepada Tuhan.
Lalu yang ketiga ada Yogo, sepertinya Yogo tidak ingin tersadar dari kesurupan yang sedang di alaminya karena kesurupan itu sudah di jadikannya gaya hidup atau kata orang bule bilang “life stile”, hehehe. Yogo sepertinya sudah di buat gila atau kesurupan berkepanjangan oleh tim sepak bola lokal itu sehingga dalam segi professional di seluruh kegiatan dia, dia masih ingin untuk terus memberikan dukungannya kepada tim sepak bola lokal itu dalam partai kandang maupun tandang. Bahkan dukungan itu akan terus di berikannya ketika dia sudah kerja ataupun berkeluarga. Benar – benar kesurupan anak ini. Jika ada pertanyaan kepada anak ini “lebih memilih memutuskan hubungan dengan pacar anda karena pacar anda melarang anda mendukung tim kesayangan anda atau bertahan dengan pacar anda dan meninggalkan tim kesayangan anda?”. Saya rasa Yogo akan menjawab lebih memilih memutuskan pacarnya dari pada harus meninggalkan tim kesayangannya.
Itulah sekilas cerita dari 3 bersaudara tersebut yang sama – sama KESURUPAN di bidang kesenangannya. Sekali lagi di akhir tulisan saya memohon maaf yang sebesar – besarnya kepada orang yang merasa tersinggung, dirugikan, apalagi di rusak nama baiknya oleh tulisan saya ini tetapi saya tekankan lagi seperti di atas bahwa saya meminta maaf yang sebesar – besarnya bila ada di antara para pembaca yang merasa di rugikan oleh tulisan saya ini karena sesungguhnya tulisan ini saya buat bukan bermaksud untuk menyindir, merugikan, apalagi merusak nama baik seseorang.
Terimakasih.
Selesai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar